Lontaran.com, Makassar – Silaturahmi bulanan seniman dan budayawan Makassar kembali digelar di Kedai Kasumba, Sao Panrita UNM Parangtambung, pada Selasa, 28 Januari 2025. Pertemuan ini sudah memasuki bulan ketiga sejak digagas pada November 2024 dan menjadi wadah diskusi bagi seniman dalam membahas perkembangan seni di Kota Makassar.
Hadir dalam acara ini Andi Makmur Burhanuddin (AMB), legislator DPRD Kota Makassar yang juga dikenal dengan panggilan Noval di kalangan seniman. AMB menegaskan bahwa forum ini lebih dari sekadar ajang berkumpul, tetapi juga ruang strategis untuk menyampaikan aspirasi seniman kepada pemerintah.
“Jika ada aspirasi kolektif dari teman-teman seniman, saya siap menjadi salurannya ke legislatif atau pemerintah kota,” ujar AMB, yang juga mantan Ketua Umum Sanggar Merah Putih Makassar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Salah satu isu utama yang dibahas adalah nasib Gedung Society de Harmonie, yang dikenal sebagai Gedung Kesenian Kota Makassar. Seniman menyoroti berkurangnya fungsi gedung tersebut sebagai pusat aktivitas seni. AMB mengungkapkan pentingnya pemanfaatan kembali gedung ini, yang memiliki nilai sejarah bagi perkembangan seni di Makassar.
“Gedung ini harus dihidupkan kembali sebagai pusat seni dan budaya di Makassar,” tegasnya.
Selain membahas Gedung Kesenian, diskusi ini juga merumuskan strategi untuk menjaga keberlanjutan seni dan budaya. Budayawan Asmin Amin mengusulkan empat pilar utama dalam pelestarian seni budaya: pembentukan lembaga independen bagi seniman, penyediaan regulasi dan pendanaan, menjaga komunitas seni budaya, dan penggelaran event seni secara rutin. Ketua Satu Pena Sulsel, Rusdin Tompomen, menambahkan pentingnya jalur advokasi ke legislatif dan mengusulkan audiensi dengan DPRD Makassar, khususnya melalui Fraksi PKB.
Rencananya, perupa AH Rimba dan sutradara teater Bahar Merdhu akan menginisiasi Focus Group Discussion (FGD) untuk membahas strategi pengembangan seni dan budaya Makassar secara lebih mendalam. Diskusi ini berlangsung hingga tengah malam dan ditutup oleh moderator Irwan AR. Meski acara resmi berakhir, banyak seniman yang bertahan untuk melanjutkan obrolan hingga dini hari, mencerminkan antusiasme tinggi terhadap masa depan seni di Makassar.
Dengan adanya sinergi lebih erat antara seniman, budayawan, dan legislatif, diharapkan kebijakan yang mendukung perkembangan seni dan budaya di Makassar dapat segera terwujud. (*)







